Laman

Minggu, 11 September 2016

Cerpen Buku Ini Untuknya Oleh : Putri S. Rahayu (12 IPS 3)



Suara adzan Subuh sudah berkumandang. Hawa pagi menyeruak masuk melalui celah jendela kamarku. Aku masih di sini, di depan laptopku, menyelesaikan episode demi episode…..


Aku suka sekali menulis. Menulis apa saja. Puisi, cerpen, novel atau apa saja yang membuatku nyaman jika aku menuliskannya. Ingin rasanya buku-buku karyaku terpampang keren di toko-toko buku ternama seperti yang biasa kukunjungi. Lalu orang-orang berebut untuk membaca, membeli dan memilikinya.
Tak hanya itu. Aku ingin tulisan-tulisanku diangkat ke dunia film. Itu sebabnya sekarang aku juga mulai belajar menulis skenario, tepatnya memindahkan cerita-ceritaku dalam bentuk skenario. Pernah  karyaku digelar dalam sebuah lomba drama kabaret di sekolah dan dibawakan dengan sempurna oleh teman-teman sekelasku. Meski bukan yang terbaik, tapi predikat Lakon Terfavorit telah membuatku semakin mantap dengan tekadku . Menjadi seorang penulis.
Sebagai pemula, senang rasanya jika tulisanku dimuat. Energiku akan semakin menggunung meskipun honornya tak seberapa. Tak mudah memang. Masih syukur jika tulisanku dimuat dan diberikan saran perbaikan. Kebanyakan tak ada kabar beritanya, dimuat atau tidak.
 “ Cita-cita kok pengen jadi penulis. Mau nulis apa ? Berapa gajinya ? “ begitu reaksi ibu saat kunyatakan keinginanku saat itu. Sekian tahun yang lalu.
“ Yaaaah, ibu. Mana ada penulis yang digaji ? “ jawabku kesal.
“ Jadi, apa enaknya jadi penulis ? Ga ada gaji. Sudahlah, lulus SMA cari kerja bantu-bantu ibu untuk biaya sekolah adikmu.  Biar nanti adikmu saja yang kuliah “.
“ Mangkanya Rara mau jadi penulis saja . Duitnya banyak . Dari royalty jika bukunya laris di pasaran “, aku bertahan.
“ Banyak bagaimana, Ra ? Memangnya kamu punya mamang atau uwa yang jadi juragan penerbitan buku ? Nggak kan ? Jangan mimpi bukumu laris terjual. Orang lebih butuh beras daripada buku. Belajar aja yang rajin, lulus, terus kerja ke mana sajalah. Pabrik komputer, pabrik gelas, pabrik mobil di Tangerang atau Bekasi. Lumayan, kaya teman-temanmu. Mereka sudah bisa mencukupi keluarganya di kampung, “
Deuuuuuh….. Lieur  kalau sudah ngobrolin tentang ini dengan ibu. Tapi ibu benar. Keprihatianan hidup membuatnya tidak neko-neko. Sederhana saja dan tak menuntut banyak dari anak-anaknya. Sejak kelahiran adikku ibu ditinggal bapak entah ke mana. Tak ada kabar. Dan ibu menjadi orangtua tunggal bagi kami. Ibu harus berjualan di pasar sejak pagi hingga sore untuk menghidupi keluarganya.
Pernah aku meminta kepada ibu agar uang tabunganku di sekolah boleh kupakai untuk membeli buku. Senuah novel karya terbaru dari penulis kesukaanku. Ibu tak mengijinkan. Kata ibu, uang tabunganku itu nanti juga pasti habis terpakai untuk bayar macam-macam biaya di sekolah. Ah ibu…..
Sejak saat itu aku berfikir akan membuat sebuah buku. Aku menulis secara manual saja di atas kertas HVS. Tak ada mesin ketik, tak punyakom puter atau pun laptop. Aku juga tak cukup uang untuk berlama-lama menulis di rental computer. Maka kapan pun aku sempat, aku menulis, menulis dan menulis. Terlalu banyak contohnya jika kusebutkan nama-nama penulis ngetop yang berawal dari keprihatinan hidup. Karya ditolak, itu biasa. Karya tak laku pun itu tak aneh. Tanpa rasa letih maupun bosan aku tetap bersemangat untuk menyelesaikan buku ini, Aku berharap kelak ibu akan bangga dengan karyaku. Sungguh aku ingin membahagiakan ibu dengan caraku ini.
Tiga bulan penuh aku fokus dengan tulisanku. Sebuah bunga rampai tentang berbagai kisah kehidupan. Kisah hidupku dan kisah hidup orang-orang yang kutemui dalam hidupku. Ada banyak hal sederhana yang nampaknya tak bermakna tapi bagiku memunculkan banyak hikmah untuk dikaji. Tentang ibuku yang pantang menyerah berjuang demi  kedua anaknya tanpa lelaki penopang hidupnya, tentang Tania yang serba ada namun selalu bersahaja, tentang Mang Braja tukang becak yang sabar dengan puluhan penumpang langganannya yang kebanyakan anak-anak TK dan SD, tentang Mak Siti penjual rujak yang hidupnya sebatang kara, tentang Pak Jaka guru Bahasa Inggrisku yang super sabar dan penuh perhatian,  tentang Rita sang bintang sekolah yang penuh prestasi tapi meninggal tragis karena kejahatan anak-anak geng motor, tentang…tentang…., ah banyak sekali yang sudah kutuliskan. Hmm…..cukup sudah. Kuberi judul, “ Buku Ini Untuknya”.

Dengan rasa takut dan bimbang namun penuh harap,  aku pun  memberanikan diri untuk memberikan buku buatanku itu kepada ibu.
“ Ini buku karya Rara untuk ibu “ .
Buku apa ini ?”
Ini  buku buatan Rara bu, Ibu baca yaa ….”, kataku harap-harap cemas.
Jadi, akhir-akhir ini kamu malas-malasan di kamar cuma buat buku seperti ini !” Ibu melempar buku itu ke lantai.
Ibu, jangan dibuang, aku bergegas memungut buku itu.
Ibu sudah berkali-kali bilang, kamu jangan mengkhayal. Bikin tulisan seperti itu cuma mengkhayal, Ra. Kenapa nggak nurut ibu sih !”
Tapi Bu,Rara cuma ingin mewujudkan cita-cita Rara “.
Kamu bilang cita-cita ? Cita-cita kok pengen jadi penulis.  Orang susah kaya kita ini ya kerja yang bener. Penulis kan kerjaanya  pengangguran yang kelebihan duit .
Mengapa ibu selalu melarang Rara jadi penulis? Penulis itu pekerjaan halal Bu !”
Dengar ya, Ra. Ibu tahu itu. Ibu hanya tidak mau anak ibu jadi penulis. Hidupnya bakal susah. Ya kaya kita ini !” ibu berkata dengan suara pelan, tapi berat terasa. Ada danau bening di sudut matanya. Ibu menangis, dan beranjak masuk ke dalam kamar.
……
            Aku memang tak pernah menjadi seorang penulis di mata ibu. Bagiku, cukuplah yang ibu tahu bahwa aku adalah seorang guru BK di sebuah SMA swasta dengan gaji yang lebih dari cukup. Biarlah, tak apa. Mungkin pekerjaanku sebagai psikolog yang juga penulis ini makah akan mengingatkannya pada ayah yang belakangan aku tahu tewas karena peluru nyasar saat meliput kerusuhan antar suku di Papua sekian tahun silam. Saat aku dan adikku masih kecil, belum tahu makna kehiidupan.
Kupandangi jajaran buku-buku yang hampir seluruhnya best seller di ruang kerjaku. Sebagian besar tentang psikologi remaja, beberapa novel, dan kumpulan puisi. Aku juga mengasuh rubrik psikologi di beberapa majalah pendidikan dan majalah remaja. Saat ini, sebuah buku sedang kugarap dalam bentuk skenario dan sudah ada yang menyeponsorinya untuk dijadikan serial sinetron di sebuah TV swata dengan judul :  Buku Ini Untuknya”,  karya penulis terkenal : Randita Putri.   Itu namaku. **

                                                                                           Dimuat dalam LIGHT Edisi 12, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar